Ungkapan di atas merupakan
terjemahan Latin dari kalimat Yunani gnothi
seauton (know thyself -- kenalilah dirimu sendiri) yang tertulis di pintu gerbang masuk kuil Apolo, di
Delphi, Yunani. Sebenarnya ada 2 kalimat
lain yang terukir di sana, yaitu: meden agan (nothing in excess) dan engua para d’ate (make a pldge and
mischief is nigh). Ungkapan Nosce Te
Ipsum atau juga dikenal Temet Nosce ini dipopulerkan oleh Sokrates (470-399
SM). Lewat ungkapan ini, ia menekankan
bahwa titik tolak untuk mencari kebijaksanaan adalah pengenalan diri.
Pius Pandor, dalam Ex Latina Claritas, memaparkan bahwa salah
satu metode yang dapat mengantar orang pada pengenalan akan diri sendiri adalah
metode dialektika. Melalui metode ini
Sokrates berusaha mengantar orang dari tahap pemikiran yang sempit atau dangkal
menuju pengertian yang dalam dan sejati, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, debat dan penajaman persoalan.
Sokrates memiliki
keyakinan kuat bahwa pengenalan akan diri sendiri merupakan kunci utama untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan lain yang ada dalam hidup sehari-hari. Jadi sebelum menjawab pertanyaan apa itu
kebenaran?, apa itu kejahatan?, apa itu keadilan? dan banyak pertanyaan
lainnya, maka hal pertama yang dilakukan adalah pengenalan akan diri sendiri.
Anda tentu ingin
mengetahui banyak hal tentang sesama, alam dan Tuhan yang menciptakan
anda. Kalau ingin mengetahui semuanya
itu, maka pengenalan akan diri sendiri merupakan pintu masuknya. Mengenal diri sendiri pertama-pertama berarti
memahami siapa diri anda sebenarnya.
Setelah mengenal siapa diri anda, maka tahap berikutnya adalah menerima
diri, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri anda. Dari penerimaan diri, anda diajak untuk
merealisasikan diri sehingga menjadi pribadi yang utuh dan otentik. Ketika anda mengenal diri sendiri lewat
pemahaman akan diri sendiri, penerimaan dan aktualisasi diri, maka anda akan
dituntun untuk mengenal sesama dan kebenaran-kebenaran penting lainnya dalam
ruang kehidupan anda. Pada titik ini,
orang lain adalah diri anda yang berada di luar.
Pemahaman seperti itulah
yang membuat hidup Anda semakin berkembang.
Karena itu, bersama Sokrates kita diajak untuk sama-sama berkata: “Hidup
yang tidak direnungkan/diperiksa tidak layak untuk dihidupi” (Apologia,
38a). Dengan melakukan perenungan,
manusia semakin mengenal dan akrab dengan dirinya. Dalam hal ini, benar apa yang terungkap dalam
adagium Latin berikut: Agere volentem semper
meditari decet – “yang punya keinginan untuk melakukan haruslah selalu
merenungkannya” (Ausonius, Ludus Septem
Sapientum, 223). Tentu yang
direnungkan adalah hal-hal baik dan mulia.
Itulah yang mengantar Anda pada kedalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar