diambil dari The Jakarta Post, 11 Oktober |
Tapi itulah diskon satu-satunya yang diberikan kepada PSSI. Selepas itu mereka mengacak-acak pertahanan Indonesia. Kita cuma diberi setengah lapangan saja. Bek-bek kita dipaksa kalang kabut, seperti diserbu gerombolan teroris. Ngga tau mau oper siapa, akhirnya buang bola ke mana saja, asal bukan ke gawang sendiri.
Itulah profesionalitas yang ditunjukkan Uruguay. Ngga peduli sudah didatangi presiden SBY, disalami secara khusus (pertama kali saya liat presiden mengapresiasi tim lawan). Dan Uruguay bukanlah tim dari Jawa yang kental dengan budaya "ewuh pakewuh," mereka ngga sungkan-sungkan menggelontorkan gol demi gol ke gawang Indonesia. Tanpa ampun, tanpa peduli ada presiden tim lawan di podium kehormatan. Kadang-kadang ku pikir kurang ajar juga nih Uruguay, ngga sopan di depan presiden saya.
Tapi saya lebih jengkel kepada pengurus PSSI, yang tidak memakai logika karunia Tuhan tersebut dan lebih suka memakai dengkul untuk mengurus sepakbola negeri ini. Hancurlah mental pemain yang memang sebenarnya lebih cocok untuk melawan tim kesebelasan Timor Leste atau Papua Nugini, untuk membangun kepercayaan dirinya. Gila-gilaan dengan mengundang Uruguay...sampai botak kepalaku untuk memikirkan ide brengsek PSSI.
Seperti doa saya kepada Markus cs di FB, janganlah kalian stress dan kecewa. Kami tahu itu bukan kesalahan kalian. Sudah kami duga hasilnya akan seperti. itu. Maju terus lagi di pertandingan selanjutnya. Dan kita berdoa, agar terpilih pengurus PSSI yang otaknya lebih tajam dan punya hati yang rela mati untuk kemajuan sepakbola Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar