Harus diakui bahwa tubuh manusia itu rapuh adanya. Sampai-sampai seorang rohaniwan menyitir kesimpulan dari ilmu kedokteran yang notabene bukan areanya, yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia itu sakit. Tanpa terkecuali, bahkan orang yang kelihatannya sehat-sehat, fit dan gagah ternyata menyimpan bibit penyakit di dalam dirinya. Yang membedakan cuma kadarnya saja. Kalau kadarnya ringan maka dia kelihatan sehat, kalau kadarnya berat, baru dia terkapar di tempat tidur.
Beberapa waktu belakangan ini, saya mengalami kerapuhan tersebut. Walau percaya akan mukjizat Tuhan, saya tetap pergi ke dokter, berhubung dokternya juga percaya Tuhan. Dan hasil dari pemeriksaan tersebut, cukup membuat hati ini gentar juga. Diagnosa dokter menyebutkan bahwa saya ada gejala hipertensi. Hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Seseorang dinyatakan hipertensi ketika dalam keadaan istirahat mempunyai sekurang-kurangnya bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg. Ketika diukur, tensi saya menunjukkan angka 160/115 mmHg. Itu berarti masuk dalam Stadium 2 atau grade 2.
Saya tanya apa fasilitas dari grade 2 tersebut...hehehe. Kata dokter itu berarti saya harus meminum obat anti hipertensi Captopril dosis 25 mg, 3 x sehari. Sebelumnya memang dalam pengobatan rutin bulanan di kantor, sudah ada tanda-tanda ke arah sana. Saya dibekali oleh dokter kantor dengan Captopril dosis 10 mg, itu pun diminumnya pada malam hari. Lalu dokter menambahkan bahwa fasilitas lain yang bisa diterima oleh penderita grade 2 adalah: stroke, gagal jantung dan serangan jantung. Weleh-weleh..penyakit kelas kakap semua.
Lalu saya bertanya, apa sih penyebab hipertensi? Dijawabnya, ada beberapa faktor seperti: penyakit keturunan (warisan dari orang tua), konsumsi garam yang berlebihan (suka yang asin-asin), stress, suka minuman beralkohol, punya penyakit ginjal (ini satu paket dengan hipertensi), obesitas, gaya hidup tidak aktif (malas berolahraga). Setelah direnung-renungkan memang benar bapak saya pengidap hipertensi, lanjut kepada stroke serta berujung kepada akhir hidupnya. Wah..wah..bukannya dapat warisan rumah atau tanah malah kebagian jatah hipertensi (just joking). Namun saya lebih menyorot kepada faktor makanan di mana saya termasuk suka kuliner yang asin-asin; begitu pula dengan hampir tidak pernahnya berolahraga. Dulu pernah ada kegiatan bulutangkis, namun tidak berlanjut lagi. Ditambah stress, mungkin karena jalanan yang semakin macet dan sepertinya tidak ada solusi dari pemerintah. Saya merasa itu semua yang ambil bagian dalam hipertensi yang saya idap.
Lalu apa yang harus saya lakukan untuk mengendalikan tekanan darah agar ia normal-normal saja? First thing, harus mengurangi kapasitas tangki pencernaan, dengan meniadakan acara dinner. Ganti dengan buah atau roti tawar beberapa keping saja. Lalu mengurangi garam dalam semua makanan yang dikonsumsi. Sayur kurang garam sedikit, tahu tempe kurang garam sedikit, telor dadar kurang garam sedikit, semuanya jadi agak-agak tawar sedikit. Ngga apa-apalah...teringat anak masih kecil dan kredit rumah yang belum kelar. And the final thing adalah banyak-banyak mengucap syukur dan rendah hati ketika sedang menjalankan kendaraan. Macet biarlah macet, asal pengucapan syukur jangan macet dan berganti sumpah serapah. Rendah hati bila disalip orang, dan anggaplah bahwa dia sedang kebelet ke belakang sehingga mesti buru-buru ke rumah atau pom bensin.
Apakah itu akan berhasil meredam laju hipertensi saya? Yah lihat saja nanti pas saya kontrol ke dokter lagi pada akhir pekan ini. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar