Mengunjungi Thailand -- Bagian 1
|
Ki-ka: Yoke, Gani & Handoko, mejeng di Sta. Chiang Mai |
Selepas acara APTA, Jumat pagi di tanggal 16 September, kami
bergegas menuju Stasiun Kereta Api Chiang Mai.
Dari hotel tempat kami menginap, hanya memakan waktu 15-20 menit menuju
stasiun. Stasiun Chiang Mai merupakan
stasiun akhir, sama seperti stasiun Jakarta Kota. Kesan pertama yang terlihat adalah kebersihan
dan ketenangannya. Rupanya tidak banyak warga Chiang Mai yang menggunakan
kereta api. Beda dengan penggemar atau
penggila KA Komuter Jabodetabek yang sejak subuh sudah menjajah tiap-tiap
jengkal peron stasiun. Suasana begitu
lenggang, demikian pula penumpang yang hendak menaiki kereta ke jurusan Bangkok hanya terlihat
beberapa orang saja.
|
Ki-ka: Gabriel, Yoke & Gani, di depan DRC "Sprinter" |
|
Raden Mas Gani |
Dengan menumpang kereta DRC (Diesel Railcar Express), yang juga
disebut Sprinter, destinasi kami selepas
Chiang Mai adalah Ayutthaya.
Mengapa Ayutthaya? Ayutthaya adalah
Ibukota kuno Kerajaan Siam (nama lama Thailand). Kota ini adalah kota yang dilindungi oleh
UNESCO sebagai salah satu situs peninggalan sejarah dunia. Kalau boleh memberi julukan, Ayutthaya bisa
disebut sebagai kota 1000 candi. Karena
memang di kota ini bertebaran candi-candi dalam jarak yang berdekatan satu
dengan yang lainnya. Memang sejak masih
di tanah air, sudah ada kesepakatan bahwa kami akan nge’backpacker’ria sebelum
kembali ke Indonesia. Sayang kan bila sudah sampai ke Thailand, bila terlewatkan
melihat-lihat keindahan negeri ini. Makanya
jauh-jauh hari, dihimbau dengan paksa kepada rekan-rekan untuk tidak mengambil or menerima
pelayanan di hari minggu (tanggal 18-nya) hehehe…
Kereta yang kami
naiki, dengan rute Chiang Mai-Bangkok merupakan kereta Diesel (Indonesianya ”KRD”) dengan 3 rangkaian gerbong saja, namun gerbong DRC kelihatannya lebih
panjang dari gerbong PT KAI. Kereta
buatan Daewoo (Korsel) adalah kereta tipe kelas 2 ber-AC dan kipas angin. Tiketnya lumayan murah, bila Chiang Mai -
Bangkok (setara Jakarta -Surabaya) dihargai 611 Bath (1 bath = Rp 290,.), maka
Chiang Mai - Ayutthaya seharga 586 Bath. Kota Ayutthaya hanya berjarak 80 km dari kota
Bangkok. Kalau dirupiahkan menjadi Rp
170.000/orang. Kalau mau naik kereta
yang ada tempat tidurnya atau kelas 1, harga tiketnya sekitar 1,453 Bath atau
Rp 421.400/orang. Sangat tidak disarankan
untuk naik kelas 3, walaupun tiketnya cuma 271 Bath atau Rp 79.000-an, tapi
kursinya adalah kursi kayu dan tanpa jendela.
Pejabat PT. KAI perlu diapresiasi, karena untuk kelas ekonomi, Indonesia
masih lebih baik dari Thailand. Plok..plok..plok..plok..suit..suitttt
|
Raden Mas Gabriel & Yoke |
|
Pramugari sedang bagi-bagi jatah |
Walau tiket DRC
tergolong murah, namun pelayanan yang diberikan cukup memuaskan. Disediakan
Makan Siang dan Makan Malam serta diberi Snack + kopi/teh pada pagi dan sore
hari. Dibandingkan dengan kereta Argo
yang makan besarnya cuma sekali, maka kereta di Thailand lebih top. Apalagi
kebersihan gerbong dan toilet begitu terjaga. Ada 1 petugas kebersihan yang menyapu
mengepel lantai gerbong serta membersihkan toilet. Soal keamanan juga terjamin, karena ada
petugas keamanan yang stand-by. Sempat
berangan-angan, kapan yah naik Argo dapat makan 2 kali plus snack 2 kali juga
plus bebas jambret/copet... Untuk itu ditarik lagi apresiasi bagi pejabat KAI
di paragraf sebelumnya, diganti sorakan huuuuuuuuuuu....hehehehehe
|
Menu Makan Siang + Air Es |
|
Menu Makan Malam + Air Es Lagee.. |
Kereta berangkat
tepat pukul 08.45. Di tiket tertulis jam
masuk kota Ayutthaya pukul 19.00. Jadi
kami akan menghabiskan waktu selama 10 jam lebih.
Perjalanan pagi
itu sangat nikmat, berhubung gerbong yang kami tempati, hanya diisi 7 orang,
maka masing-masing memilih duduk dekat jendela. Pemandangan alam Thailand dengan
hutan yang masih perawan, hamparan sawah hijau royo-royo, sungai berkelok-kelok sangat memanjakan mata. Apalagi
kami berangkat dari daerah pegunungan ke arah selatan Thailand yang rendah,
tentunya sungguh mengasyikkan.
|
Pemandangan di daerah utara Thailand |
Tak ada gading yang
tak retak, demikianlah yang terjadi dengan perjalanan kami. Rupanya banjir yang
melanda kawasan Thailand bagian tengah begitu parah sampai turut merendam beberapa
bagian rel kereta yang kami lewati.
Bukan sekali atau dua kali, kereta harus berhenti lalu kemudian berjalan
perlahan-lahan untuk melewati genangan.
Kami sendiri cukup bergidik melihatnya.
Kesannya seperti berjalan di atas danau atau laut, karena daerah di kiri
kanan rel sudah rata dengan air. Apalagi
muncul ombak/gelombang karena roda-roda kereta yang melibas genangan air.
|
Banjir yg melanda kawasan tengah Thailand |
|
Banjir..banjir... |
Walhasil jam
ketibaan meleset jauh. Dari yang
seharusnya pukul 19.00 menjadi molor 4 jam. Jam 23.00 kami baru tiba dan turun di stasiun
Ayutthaya. Rencana untuk wisata kuliner
malam di Ayutthaya gagal total. Sempat muncul
kekuatiran karena kami harus mencari hotel yang sudah dibooking semenjak masih
di Chiang Mai. Untungnya waktu itu kami
memilih hotel yang dekat dengan stasiun.
Ternyata hanya berjalan kaki 8-10 menit dari stasiun, kami tiba di
Ayutthaya Riverside Hotel. Akhirnya kami
bisa beristirahat setelah puas berkereta seharian. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar