Tema APTA-GA ke VIII "Power, Tradition & Social Engagement"
Ini pertama kalinya saya mengikuti Asia Pacific Theological Association General Assembly (APTA-GA), yang telah menginjak penyelenggaraannya yang ke 8. Acara ini merupakan pertemuan 3 tahunan perhimpunan sekolah-sekolah teologi milik Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah) di Asia Pasifik. Partisipan yang datang hampir 70-an orang dari berbagai negara di Asia Pasifik, seperti Australia, New Zealand, Jepang, Mongolia, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, perwakilan Global Amerika dan lain-lain.
Foto Bersama Pembicara dan Peserta
APTA 2011 diselenggarakan pada 12-16 September lalu di kota Chiang Mai, provinsi utara Thailand yang bergunung-gunung, berhawa sejuk dan setiap harinya hujan (jadi ingat kota Bogor). Dari Indonesia, STT milik GSJA yang menjadi anggota APTA, diwakili oleh Gani Wiyono (STT SATI), Silwanus Gabriel (STT Berea), Sih Handoko dan saya (AT-APT). Hotel Empress, di jalan Chang Klan, menjadi tempat perhelatan acara APTA. Rekan-rekan Indonesia sempat mengingat pertemuan APTA tahun 2008 di Singapura, mereka diinapkan di barak asrama, di mana 1 kamar berisi 10 orang peserta. Mungkin panitia penyelenggara kali ini mau menebus ‘dosa’ dengan memberi 1 kamar yang sangat nyaman untuk 2 orang.
Jalannya Rapat Pertanggungjawaban yang Maha Singkat...
Pemilihan Koordinator Area Asia Tenggara
Pembicara utama APTA-GA adalah Dr. Ivan Satyavrata dari Kalkuta, India. Dr. Satyavrata adalah J. Philip Hogan Professor of World Missions. Gelar Ph.D. di dapatnya dari Oxford Centre for Mission Studies (U.K.). Bertemakan ”Power, Tradition & Social Engagement,” Dr. Satyavrata memberikan 4 sesi kuliah umum yang sangat menarik dan menantang sekolah-sekolah pentakosta (mungkin di lain waktu saya akan terjemahkan atau buat resume 4 paper Dr. Satyavrata). Inti materinya adalah mengajak seluruh partisipan untuk kembali mengembangkan pelayanan yang holistik dan lebih seimbang antara vertikal serta horisontal. Selain kuliah umum, juga ada presentasi paper-paper dari komisi teologi APTA, seperti Dr. Jacqui Grey, Dr. Tobias, dll.
bersama Dr. Jacqui Grey (academic dean from Alpha Crucis Australia)
ki-ka: Handoko, John Carter (former president of APTS), Gani & Gabriel
Di samping kuliah umum dari Dr. Satyavrata, pertemuan ini juga diisi dengan Laporan Pertanggungjawaban dari Pengurus APTA, pemilihan perwakilan area dan juga rapat-rapat konsultasi (untuk Rektor, Puket 1, dst). Ibadah-ibadah yang diadakan pada pagi dan malam hari walaupun singkat (hanya 35 menit), namun sangat menggigit dan menyentuh roh. Masing-masing pengkhotbah, yang notabene adalah dosen dan pemimpin sekolah, tampil dengan gayanya yang khas serta agak humoris namun galian Firman yang pas dalamnya. Saya (pribadi) yang mulai jenuh mendengar khotbah-khotbah yang monoton di tanah air, merasa segar di hati dan kepala.
Rev. Stephen Fogarthy (Chairperson APTA) menyampaikan khotbah
Pemimpin pujian dan pemain musik juga perlu diapresiasi, karena mereka adalah pemuda-pemudi Thailand yang khusus diminta untuk memimpin setiap ibadah APTA dalam bahasa Inggris. Panitia mengakui agak sulit mencari WL dan pemain musik yang bisa berbahasa Inggris, mengingat gereja di Thailand masih sedikit, apalagi yang menyelenggarakan English Service. Maka tiap malam kami disuguhi penampilan ala 'MTV unplugged’, sederhana namun kompak dan membawa partisipan masuk dalam hadirat Allah.
ki-ka: Handoko, Alex Fuentes (executive director APTA), Gani & Yoke
Namun yang paling saya ingat dari acara tersebut ialah rapat dan laporan pertanggung jawaban Pengurus APTA. Mengapa demikian? Karena rapat tersebut berjalan singkat sekali, hanya memakan waktu 30 menit. Padahal bahan-bahan yang dilaporkan banyak, mulai dari laporan Ketua APTA, Laporan Keuangan dari Bendahara, Direktur Eksekutif, Komisi Akreditasi, Komisi Teologia dan beberapa komisi lainnya. Semua berjalan lancar, tidak ada hujan interupsi atau komentar-komentar. Partisipan semuanya menerima secara aklamasi. Sungguh-sungguh nilai musyawarah mufakat malah dipraktekkan di luar negeri. Sesama peserta dari Indonesia, yang juga peserta kongres GSJA Agustus lalu di Surabaya, bersepakat bahwa rapat dan pertemuan APTA perlu jadi model acara-acara rapat/pertemuan GSJA di Indonesia. Singkat, tidak bertele-tele (apalagi debat kusir), namun bermutu bahkan menghasilkan banyak keputusan penting. Yang penting kerjanya bukan ’omdo.’
bersama Dr. David Hymes (faculty of CBC Tokyo, Japan)
kika: Handoko, Yoke, Dr. Hymes, Dr. Houger, Mrs. Houger & Mrs. Fuentes
Setelah 4 hari yang padat dan cukup melelahkan, panitia membuat kegiatan luar ruangan bagi para partisipan. Ada 2 pilihan yaitu mengunjungi kuil/temple (gratis) atau melihat pertunjukkan gajah (bayar 15 USD). Kami memilih yang gratis, tentu saja..hehehe lagipula gajah banyak di Indonesia. Dan malam terakhir, semua di jamu makan malam ala adat Thailand di restoran Khum Kantoke. Restoran ini sangat terkenal di Chiang Mai, karena para tamu yang makan di sini juga dijamu dengan lakon tari-tarian khas Thailand. Dan tentunya tidak lupa setelah makan malam, partisipan berbelanja oleh-oleh khas Thailand di kios-kios yang terdapat di halaman restoran. Benar-benar 4 sehat 5 sempurna. Akal di’up-grade’, hati dijamah, perut diisi, oleh-oleh di tangan dan sukacita melimpah. Salut untuk panitia penyelenggara APTA 2011. Sampai bertemu di APTA-GA tahun 2014.
@Doi Suthep Temple, Chiang Mai
Penerima tamu di halaman Rest. Khum Khantoke, Chiang Mai
Penari sedang menghibur tamu-tamu yang sedang bersantap malam
@Chiang Mai Night Bazaar, tawar menawar Soap Flower
Tidak ada komentar:
Posting Komentar