Rabu, 24 Oktober 2012

Bagaimana Membaca Buku-buku Teologia



Sebagai pengajar teologi, saya ingin membantu mahasiswa/i untuk membangun pemikiran kritis teologianya.  Berikut ini beberapa tips untuk membaca buku-buku teologia.


- Ketika anda membaca buku teologi, jangan terburu-buru mengangguk-anggukkan kepala. Lebih baik gelengkan kepala, sebagai tanda bahwa anda belum tentu setuju dengan penulis.

- Jangan terlalu mudah “mencap” ini adalah gaya penulis tertentu.  Penulis-penulis seperti Anselmus, Calvin atau Tillich mengubah-ubah style penulisannya yang ditujukan kepada audience dan konteks yang berbeda.

- Cobalah untuk melihat hutan dan bukan sekedar melihat pohon.  Lihat secara keseluruhan dan bukan per bagian (lokalitas) saja.

- Sebuah gambar bernilai 1000 kata.  Sebagian orang akan beruntung dengan mendapatkan sebuah peta konsep.

- Setelah membaca, taruhlah buku, coba simpulkan argumen utama dari buku tersebut dengan kata-kata anda sendiri.  Jika anda belum bisa menyimpulkan, itu berarti anda belum menangkap inti buku tersebut.  Bacalah sekali lagi.

Siapkan debat/diskusi dengan teman atau pikiran anda sendiri. Untuk membantu pemahaman dan mempertajam analisa.

- Jika anda belum mengerti, beristirahatlah sejenak. Mungkin pikiran anda sedang penuh.  Sapalah temanmu di Facebook, nge-tweet dan minumlah kopi.

- Tertawalah kencang-kencang.  Ini strateginya Mary Daly (teolog feminis) agar bisa tetap survive di sekolah Alkitab.

- Buatlah indeks buku tersebut secara pribadi. 
Buku yang kita baca biasanya sudah ada indeksnya, namun tidak sesuai yang diperlukan.  Tulislah konsep-konsep atau ide-ide penting dari buku tersebut dan tuliskan juga halamannya agar mudah ditemukan.


- Belilah buku.  Ini bukan untuk memperkaya penerbit.  Memiliki buku berarti anda bisa menggarisbawahi, membuat catatan kecil dan memberi warna pada statement penting.

- Rentangkan ide-ide selebar-lebarnya. Ini tips dari Gayatri Spivak, yang membuat dia menjadi teolog feminis, penganut Marxis dan Poststrukturalis pada saat yang sama.

- Rancang sebuah peta perjalanan yang berbeda. Menelusuri jejak pemikiran dari penulis dan coba buat plot yang berbeda (antithesis)

- Imajinasikan bahwa anda bisa bertemu dengan sang penulis. Apa yang anda akan katakan kepada penulis? Apa yang anda tanyakan kepadanya?

(sumber: Kwok Pui Lan blog)