Rabu, 24 April 2013

Catatan Perjalanan Ke Mesir-Israel-Palestina dan Yordania (bag. 1)


Foto grup dengan latar Dome of The Rock
Rupanya saya pernah membuat 'sedikit' catatan perjalanan ke Holyland bersama Panorama Ministry di tahun 2010.  Entah karena sibuk atau apa, catatan itu seperti terlupakan dan mengendap di memori laptop. Pas lagi buka-buka folder pribadi, tersibaklah file ini. Yah daripada disimpan, mending saya share di blog saja, yang kebetulan sudah cukup lama vakum.  Sukur-sukur bermanfaat.


Ibu Dewi, TL Panorama
Tur ke Tanah Suci ini merupakan kali kedua bagi saya, namun jadi pengalaman pertama sebagai Pembimbing Rohani (PR).  Tugas PR antara lain menyampaikan renungan, memimpin Perjamuan Kudus, peneguhan kembali Janji Pernikahan, khotbah Natal, memimpin Baptisan Air dan lain sebagainya. Oh ya..Tour Leader (TL) grup ini seorang wanita lho. Namun sudah senior untuk memimpin perjalanan ke Holyland. Namanya Ibu Puspa Dewi Setiono, atau panggilan akrabnya Ci' Dewi. Beliau adalah Staff (sekretaris salah satu pimpinan) di Panorama Tours. Jumlah peserta ada 32 orang, termasuk TL dan PR, lama perjalanannya 12 hari dari tanggal 17 Desember s/d 28 Desember 2010.

Jumat 17 Desember 2010 (Hari ke 1) Jakarta - Abu Dhabi
Hari pertama perjalanan, semua peserta diminta berkumpul di Terminal 2D bandara Soetta, untuk briefing, bagi tiket + paspor masing-masing peserta dan kumpul bagasi.  Sekaligus berdoa bersama memohon perlindungan-Nya dalam perjalanan ini.  Pukul 18.45, Boeing 777-300 membawa kami terbang menuju Abu Dhabi, hub-nya Etihad, maskapai nasional Uni Emirat Arab (UEA). Lama penerbangan 8 jam.  Di pesawat saya mencoba untuk tidur, walaupun ada cobaan untuk melihat film-film keluaran terbaru di seat. Pikir saya, nanti saja pas pulang baru puas-puasin nontonnya hehehe  Jaga stamina lah.
 

Begitu sampai di Abu Dhabi langsung pindah gate dari terminal 3 ke terminal 1. Jaraknya lumayan jauh, antara 20-25 menit berjalan kaki sambil menarik hand-carry.  Mesti jalan cepat karena harus boarding dalam waktu 1 jam. Peserta yang sepuh-sepuh agak keteteran di sini, lumayan ngos-ngosan untuk nambah kecepatan.  Saya jadi "patwal" di garis belakang, menemani peserta yang tercecer dari rombongan, sementara TL memimpin di depan. Di sini kami ganti pesawat yang lebih kecil (Boeing 737) menuju Cairo, Mesir. Nambah lagi sekitar 3 jam. Yang masih ngantuk, sila lanjutkan!

Sabtu 18 Desember 2010 (Hari ke 2): Abu Dhabi - Cairo (City Tour)



Tiba di Cairo International Airport pukul 03.00 pagi hari.  Keluar dari pintu pesawat langsung disambut angin yang begitu dingin karena memang lagi musimnya. Buru-buru turun dan masuk ke dalam bus yang mengantar ke terminal kedatangan.  Di dalam airport sudah ditunggu oleh guide lokal (Sito Tours) yang langsung mengurus visa on arrival grup kami dan mengambil bagasi. Guide lokal yang menemani perjalanan kami selama di Mesir bernama Amin dan Ahmed.  Jam 04.00 semua urusan beres dan dengan bus, kami meninggalkan airport menuju hotel Pyramids Park di Giza (dekat dengan Pyramid rupanya). Perjalanan menuju hotel sekitar 45 menit. Tiba di hotel, Ahmed mengurus check-in dan bagi-bagi kunci.  Jam 05.00 sudah bisa masuk ke kamar dan ada waktu istirahat hingga jam 09.00. Lumayanlah untuk meluruskan kembali leher, badan dan kaki setelah berjam-jam 'ketekuk' di pesawat.
Pyramids Park Hotel, Cairo
Jam 10.00, setelah sarapan kami memulai perjalanan ke Pyramid dan melihat Sphinx, berhubung cuma 5 menit dari hotel.  Selesai melihat Pyramid dan berfoto ria, kami mampir ke toko Perfume “Siwa.” Di sini banyak yang belanja parfum, terutama ibu-ibu.  Dari Siwa saatnya makan siang di Hard Rock CafĂ©.

Dari situ langsung menuju Old Cairo untuk mengunjungi Hanging Church (Gereja Gantung), Abu Sirga Church (dipercaya tempat Yusuf, Maria dan balita Yesus mengungsi ketika dikejar-kejar raja Herodes) dan Ben-Ezra Sinagoge (dipercaya tempat bayi Musa diangkat dari sungai Nil).  Dari Old Cairo kita menuju ke Golden Eagle Papyrus (pabrik kertas khas Mesir) dan ke Wol Factory (pabrik kaos).   

Mejeng di depan Sphinx
Gereja Gantung, Cairo

Hari kedua ini diakhiri dengan Nile Cruise, makan malam di atas kapal yang berlayar lambat-lambat di Sungai Nil sambil menikmati salah satu atraksinya: Belly Dancer alias Tari Perut. Sebenarnya Nile Cruise ini adalah optional, namun ternyata semua peserta berminat. Saran saya sih sebaiknya anak-anak di bawah umur jangan diijinkan melihat pertunjukan ini karena penarinya yang memakai baju yang minim dan penampilannya yang sensual. 

Sebagai alternatif hiburan, peserta bisa naik ke dek kapal paling atas untuk melihat  pemandangan kota Kairo di kiri dan kanan sungai Nil pada waktu malam. Cukup indah lho!  Dek tersebut juga ada mini bar-nya lengkap dengan kursi dan meja. Atau yang mau menyendiri di pinggir kapal juga bisa. Tidak perlu takut kecemplung ke sungai, karena ada pagarnya. Biasanya muda-mudi yang paling banyak kongkow di dek ini sambil "pedekate" (hehe sok tau). Acara Nile Cruise selesai sekitar jam 10 malam. Begitu sampai di hotel semua langsung tumbang karena letihnya.

Minggu 19 Desember 2010 (Hari ke 3): Cairo - Suez - Mara - Elim - St Catherine (Sinai)
Kode 567 diberlakukan. Kode ini berarti: jam 5 bangun pagi (morning call), jam 6 sarapan, jam 7 berangkat (sekaligus check-out).  Hari ini kami meninggalkan Cairo menuju St. Catherine, di semenanjung Sinai.  Perjalanan makan waktu 7 jam sudah termasuk makan siang serta mampir toilet stop di Sinai Rest House, sebelum melewati Suez Tunnel (terowongan bawah laut), dan melihat mata air di Mara. 

Mara adalah tempat di mana bangsa Israel ketika keluar dari Mesir, berhenti untuk beristirahat dan minum. Airnya pahit namun karena mukjizat Tuhan via perantaraan nabi Musa diubah menjadi manis.  Letaknya dipercaya turun temurun di tempat ini, namun saya lupa nama Arabnya saat ini. Kami juga melewati serta berhenti sejenak di Elim dan Rafidim namun tidak turun, hanya mengambil gambar saja dari dalam bus. 

Peserta turun untuk berfoto di Mara
Jam 14.00 tiba di Morgenland, hotel di kaki pegunungan Sinai. Morgenland merupakan hotel dan resort yang terbaik dari yang pas-pasan di wilayah St Catherine. Saya ingat tidak bisa tidur nyenyak di sini karena heater tidak berfungsi, sementara suhu mencapai 0 derajat. Brrrr membeku rasanya.  Biasanya para tamu hotel menjadikan Morgenland sebagai base untuk mendaki ke Gunung Sinai, tempat Musa menerima 10 perintah Allah. 16 peserta begitu menaruh tas di kamar, langsung naik bus lagi untuk mengikuti pendakian gunung Sinai bersama Ci' Dewi dan Ahmed.   

Mendaki gunung Sinai dimulai dari belakang biara St Catherine, sekitar 10 menit dari Morgenland.  Lama perjalanan sampai ke puncak Gunung Sinai normalnya 2,5 jam.  1,5 jam naik onta dan 1 jam pakai kaki sendiri naik 750 anak tangga (batu gunung). Jadi pp 5 jam. Lumayan kan..hehehe Waktu itu biaya naik onta sekitar 25 USD. Bayar cash ke pemiliknya yang merupakan orang Bedoiun, suku Arab yang suka mengembara. Pulangnya tidak disarankan naik onta, karena lebih beresiko.

Dari 16 orang, cuma Bpk. Harryanto yang memilih jalan kaki.  Mungkin agak ngeri setelah mendengar kesaksian saya waktu pertama kali naik onta di Sinai. Jadi beliau pp jalan kaki..luar biasa. Saya sendiri memilih istirahat di hotel, berhubung badan rasanya seperti mau flu. Kata Ahmed hanya 4 orang yang mencapai puncak gunung, yaitu Bpk. Bagwanto, Ernest, Bpk. Agus dan Bpk. Harryanto.Mereka sempatkan untuk berdoa bersama di atas gunung itu.

Morgenland dengan latar pegunungan Sinai
Senin 20 Desember 2010 (Hari ke 4): St. Catherine - Nuweiba - Taba Border - Dead Sea
Pagi ini kodenya 678, jam 6 bangun, 7 sarapan, 8 check-out.  Pagi mengunjungi St Catherine Monastery, di mana terdapat  Semak Terbakar yang dilihat Musa, serta sumur Zipora tempat Musa bertemu dengan calon istrinya.  Beberapa peserta mencoba naik onta ketika turun dari biara menuju tempat parkir bus. 

Biara St. Catherine, Sinai
Langsung kita menuju Taba border, perbatasan Mesir dan Israel di pinggir Laut Merah (teluk Akaba).  mampir makan siang di Han Kan Restaurant (Chinese dan Korean food) di kota Nuweiba.  Waduh mantap dan lezat masakannya, cuma mesti cepat-cepat, karena kami mesti segera ke border. Di sini kami berpisah dengan guide lokal Mesir, Amin dan Ahmed. Pelayanan mereka memuaskan kami.
ki-ka: Ahmed, Ci' Dewi dan Amin
Dalam perjalanan ke Taba, kami sempat berhenti sejenak untuk melihat Benteng Sallahuddin di Teluk Akaba.  Benteng ini merupakan salah satu dari 2 benteng yang dibangun Sultan Sallahuddin. Satu lagi terletak di kota Cairo. 
Benteng Sallahuddin, teluk Akaba, Mesir
Jam 13.00 masuk imigrasi Mesir.  Paspor dicap, dan good-bye Ahmed dan Amin.  Sekarang berjalan kaki sambil mendorong koper-koper, antri berdasarkan urutan list grup di gerbang border Israel.  TL dipanggil ke pos penjagaan oleh seorang petugas untuk diinterview. Sementara di gerbang kami diamat-amati oleh 2 orang tentara Israel yang bersenjata lengkap. Setelah mereka konfirm dengan agen lokal dan lampu hijau dari keamanan, portal dibuka, masing-masing peserta melewati pos sambil menunjukkan paspornya, menuju ruangan imigrasi Israel.  Di sini koper-koper akan diterawang (x-ray).

Sebelumnya waktu masih di dalam bus Mesir, kami sudah dibriefing oleh TL bagaimana bersikap selama di Imigrasi Israel. Orang Ambon bilang intinya: "Jang Cakadidi.." hehehe  Biasanya petugas imigrasi Israel akan bertanya: Apakah semua barang bawaan ini milik anda? Apakah anda sendiri yang mengepaknya? Apakah anda membawa barang-barang titipan? Apakah anda kenal semua rombongan anda? Selanjutnya beberapa paspor di antara peserta akan dipisahkan dan ditahan sebentar oleh mereka. Dan secara acak peserta  digeledah kopernya.  Bahkan ketika koper sudah lolos di X-Ray, mereka akan ambil barang-barang yang menurut mereka perlu untuk di X-Ray khusus. Sampai-sampai Pop-Mie dan buku-buku yang tebal masuk terawang lagi...hehehe  Sempat terjadi masalah kecil saja, salah satu peserta ada yang menggunakan celana panjang loreng, khas tentara.  Walhasil, beliau ditahan dan diinterogasi lebih lama, sekitar 30 menit. Mungkin dikira anggota militer.

Tapi PTL, semua lancar tidak ada masalah. Jam 15.00 semua sudah selesai proses imigrasi, semua paspor sudah dicap masuk Israel.  Di luar kami sudah ditunggu guide lokal Israel yang bernama Eran. Dari Taba Border, kami melanjutkan perjalanan menuju Ein Boqeq, tempat hotel dan resort di tepi Laut Mati.  Lama perjalanan sekitar 2,5 jam.  

Jam 17.30 sudah tiba di hotel Daniel Dead Sea and Spa.  Setelah pembagian kunci kamar, peserta buru-buru ganti baju, karena mau mengapung di Laut Mati. Saya tidak ikutan nyemplung, jadi paparazi saja. Ambil foto mereka-mereka yang mau mengapung.  Laut Mati ini menarik, karena kadar garamnya mencapai 33,7 %. Kira-kira 8-9x lebih asin dari laut biasa.  Karena tidak ada mahluk yang bisa hidup di dalamnya, maka disebut Laut Mati. Berat jenisnya mencapai 1,240 kg/L itulah yang membuat kita bisa mengapung.  Laut Mati ini dibagi 2 wilayah, sisi Barat milik Israel dan timurnya milik Yordania. Sumbernya berasal dari aliran sungai Yordan.

Oh ya di Timur Tengah saat ini sedang musim dingin, jadi matahari cepat sekali terbenam.  Jam 17.30 sudah gelap gulita, hanya lampu jalanan saja yang menerangi.  Setelah puas mengapung dan jepret sana sini, kami kembali ke hotel untuk makan malam dan beristirahat.
Mejeng dulu setelah mengapung

Daniel Dead Sea Hotel


Tidak ada komentar:

Posting Komentar