Selasa, 14 September 2010

Monggo Sarapan...


Breakfast (bhs. Inggris) kalau diterjemahkan secara penggalan kata ”break” dan ”fast” berarti berhenti puasa atau bila merujuk saudara kita yg Muslim kita kenal istilah berbuka puasa. Kalau direnungkan memang cukup logis, karena seandainya kita berangkat tidur pukul 9 malam dan bangun pagi pukul 5, terhitung 8 jam kita berpuasa secara tak sadar. Belum lagi yang kebablasan tidur sampai jam 6 dan 7 pagi. Total bisa 9-10 jam tidak makan dan minum. Mana ada yg bisa makan sambil tidur lelap bin mimpi indah.

Menurut pakar nutrisi, sarapan adalah aktivitas yang paling penting dibandingkan makan siang dan malam. Hasil penelitian menunjukkan mereka yang tidak sarapan memiliki masalah dengan konsentrasi dan metabolisme tubuh. Sampai-sampai ada peribahasa di dalam bahasa Inggris yang bila diterjemahkan berbunyi demikian: ”Sarapanlah seperti seorang raja, makan siang seperti seorang pangeran dan makan malam seperti seorang pengemis.” Jadi urgensi sarapan pagi lebih penting daripada makan siang apalagi malam. Bukankah saudara-saudara kita di bulan Ramadhan memulai puasa dengan Sahur (sarapan di pagi buta), bukan memulainya pada siang hari atau makan malam?



Bagi saya dan istri, sarapan pagi merupakan hal penting. Apalagi ketika berangkat kerja di pagi buta, perut kami dalam keadaan kosong, berhubung menghindari kemacetan dan Rossi-rossi amatiran yang menganggap jalanan bagaikan trek MotoGP. Berbekal pengalaman di masa lalu, bila tidak sarapan akan mengundang angin masuk, padahal tubuh sudah dibalut jaket tebal dan motor sudah dipasang wind shield, maka sarapan hukumnya wajib!

Maka ketika motor andalan kami memasuki wilayah Kelapa Gading, ada beberapa tempat tujuan untuk membeli sarapan. Favorit kami yang pertama adalah Mie Ayam Yono. Mangkalnya di jalan Gading Indah Utara, dekat dengan rumah Bos istri dan beliaulah yang pertama kali memberi referensi kepada kami untuk mencobanya. Tampilannya sih sama dengan semua tukang Mie Ayam se-Kelapa Gading (agak malu untuk mengatakan se-Indonesia), sudah pasti ada mienya, daging ayam yg dicincang, plus toge bagi yang ingin “subur.” Yang khas dari Mie Ayam Yono adalah kuah ayamnya yg maknyuss. Maka tidak heran dari mobil-mobil mewah sampai sepeda motor kreditan ikutan parkir untuk membeli mie ayam ini.


Alternatif kedua adalah Nasi Uduk Mpok Ipeh di Gading Sengon, depan kantor Manna Sorgawi. Walaupun rasa santannya sudah mengalami degradasi dibanding saat launching pertama kali, namun gorengannya masih menggoda lidah. Berbicara nasi uduk tidak bisa dilepaskan dari masa kecil saya, di mana sejak bangku SD sebelum berangkat sekolah saya sudah antri bersama ibu-ibu di warung nasi uduk dekat rumah. Saking maniaknya, ketika warung belum dibuka, saya sudah memberanikan diri mengetuk pintu rumah si penjual, hanya untuk dapat giliran pertama. Motto saya first come first serve dan you knowlah kalau ngantri pagi-pagi sama kelompok ibu-ibu yang keluar rumah cuma cuci muka saja, saya takut aroma wangi santan dari nasi uduk kalah bersaing dengan bau pangkal lengan ibu-ibu tersebut dan berujung membunuh selera.

Bila bosan dengan mie ayam atau nasi uduk, maka melangkahlah kami ke tukang Lontong Sayur dekat Pasar di ujung boulevard Kelapa Gading, dekat GBI Mawar Saron. Lontong Sayur ini terdiri lontong (tentunya), labu, tahu dan telor rebus yang dicemplungkan ke dalam panci besar. Rasanya gurih sekali, ditambah dengan taburan bawang goreng, sambal gojek dan tidak lupa kerupuk. Namun jangan keseringan makan makanan ini, karena kolesterolnya yg mengancam. Bisa dilihat dari minyak2x yg mengambang di permukaan kuahnya. Kebetulan juga yang berjualan Lontong Sayur ini, tidak bisa diprediksi apakah akan berjualan setiap hari. Karena ketika hati kepingin makan Lontong Sayur, eh..dia tidak berjualan. Pas kita sudah beli sarapan lain, eh dia nongkrong di posisinya. Seperti berjudi jadinya.

Demikianlah 3 macam sarapan favoritku di Kelapa Gading. Masih ada yang lain, nanti di-post-kan kemudian. Monggo sarapan...

1 komentar:

  1. halooo bang Johannes Leiwakabessy, perkenalkan saya Leni dr NET TV.
    kebetulan saya lagi bikin liputan tentang referensi Sarapan keluarga..
    kira-kira kalau saya meliput kegiatan bang johanes dan keluarga saat menyantap menu2 sarapan seperti yang bang johannes ceritakan di atas, bersediakah?
    kalau bersedia, dengan senang hati mungkin bisa menghubungi saya di lenitrihastuti@gmail.com
    ditunggu konfirmasinya bang johanes
    terimakasih :-)

    BalasHapus