Kamis, 23 September 2010

Teolog dan Kisah Asmaranya


Bila di Blog APT saya baru memulai tulisan berseri tentang teolog-teolog terkenal dan magnum opus-nya, maka di blog sendiri saya tertarik mengangkat ke permukaan kisah-kisah asmaranya yang sebelumnya tidak pernah di sentuh oleh mahasiswa-mahasiswa teologi. Mungkin beredar pemikiran di kalangan mereka, wong..untuk urusan asmara pribadi saja dilarang pihak kampus, ngapain repot-repot mikirin asmara orang lain.

Jumat, 17 September 2010

Teologi Rokok (Versi Puisi)


Di dunia selalu terdapat 2 pandangan yang saling bertentangan. Sebenarnya sih ada 3, tapi yang terakhir ini cuma jadi penonton doang. Engga ya engga tidak, netral, cari aman bahkan mungkin mengintai kesempatan dalam kesempitan. Mana yang menguntungkan, itulah yang dibelanya. Inkonsisten kata orang Barat. Namun berbahagialah bagi mereka yang punya prinsip.

Di kalangan gereja juga ada pertentangan apakah merokok itu boleh atau tidak? Bagi kalangan Pentakosta hukumnya haram (meminjam istilah teologi Arab), sementara golongan non Pentakosta tidak terlalu dipermasalahkan. Debat mengenai hal ini bisa membuat saraf kaku dan tekanan darah selalu ‘gigi lima’ apalagi sampai mengobrak-abrik ayat-ayat Alkitab.

Selasa, 14 September 2010

Monggo Sarapan...


Breakfast (bhs. Inggris) kalau diterjemahkan secara penggalan kata ”break” dan ”fast” berarti berhenti puasa atau bila merujuk saudara kita yg Muslim kita kenal istilah berbuka puasa. Kalau direnungkan memang cukup logis, karena seandainya kita berangkat tidur pukul 9 malam dan bangun pagi pukul 5, terhitung 8 jam kita berpuasa secara tak sadar. Belum lagi yang kebablasan tidur sampai jam 6 dan 7 pagi. Total bisa 9-10 jam tidak makan dan minum. Mana ada yg bisa makan sambil tidur lelap bin mimpi indah.

Menurut pakar nutrisi, sarapan adalah aktivitas yang paling penting dibandingkan makan siang dan malam. Hasil penelitian menunjukkan mereka yang tidak sarapan memiliki masalah dengan konsentrasi dan metabolisme tubuh. Sampai-sampai ada peribahasa di dalam bahasa Inggris yang bila diterjemahkan berbunyi demikian: ”Sarapanlah seperti seorang raja, makan siang seperti seorang pangeran dan makan malam seperti seorang pengemis.” Jadi urgensi sarapan pagi lebih penting daripada makan siang apalagi malam. Bukankah saudara-saudara kita di bulan Ramadhan memulai puasa dengan Sahur (sarapan di pagi buta), bukan memulainya pada siang hari atau makan malam?