Selasa, 18 Oktober 2011

Ayutthaya City Tour


Mengunjungi Thailand --- Bagian 2

Walaupun badan masih terasa lelah, berhubung sudah lewat tengah malam baru bisa tidur, namun karena hari ini agenda kunjungan cukup padat maka kami harus rela berpisah dengan bantal guling.  Setelah mandi dan sarapan, kami segera mencari penyewaan sepeda motor. Menurut situs jalan-jalan terkenal Lonely Planet, cara paling efisien untuk menikmati kota Ayutthaya adalah dengan menggunakan motor.  Keluar dari hotel kami mampir sejenak ke stasiun untuk mengecek jadwal kereta yang berangkat ke Bangkok.  Setelah melihat-lihat, kami putuskan untuk naik kereta jam 13.30.  Berarti masih ada waktu sekitar 6 jam untuk menikmati kota Ayutthaya. 

Pas keluar dari stasiun, mata kami langsung terarah ke sebuah spanduk, yang berada di pasar seberang stasiun, yang bertuliskan “Rent Motor & Bicycle.”  Langsung kami menuju ke sana.  Yang punya (atau penjaga??) ternyata seorang ibu dan dia langsung memberikan syarat-syaratnya: Paspor asli (waktu itu paspor saya jadi sandera), sewa 1 motor 50 Bath untuk seharian (murah beneerr) dan bensin harus penuh sebelum dikembalikan. Kami menyewa 2 motor dan kemudian dia memberikan kuncinya plus helm. Ternyata yang disewakan motor matic sejenis Vario.  Tak lupa ia memberikan fotokopian peta kota Ayutthaya dan menyarankan tempat-tempat yang harus kami kunjungi. Tiga menit kemudian kami sudah menyapu jalanan kota Ayutthaya.
Motor Sewaan

772 --- Nomor cantik
Sejarah Singkat Ayutthaya
Nama lengkapnya Phra Nakhon Si Ayutthaya; juga disebut "Ayudhya” ibukota dari provinsi Ayutthaya. Lokasinya di tepi sungai Chao Phraya dan sungai Pasak.  Kota ini dibangun oleh Raja U Thong pada tahun 1350.  Kota ini menjadi ibukota kedua kerajaan Siam setelah kota Sukhothai.  Diperkirakan pada tahun 1600 memiliki populasi penduduk mencapai 300.000 dan mungkin mencapai 1 juta penduduk pada tahun 1700, yang menjadikannya salah satu kota terbesar di dunia pada masa itu.
Pada tahun 1767, kota itu dihancurkan oleh tentara Burma yang mengakibatkan jatuhnya kerajaan.  Taman Sejarah Ayutthaya adalah reruntuhan ibukota Kerajaan Siam, yang menjadi situs pembunuhan missal, pemerkosaan dan mulainya perbudakan penduduk Siam oleh Burma.  Salah satu badan PBB, UNESCO, menjadikan Ayutthaya sebagai Situs Warisan Dunia.  Kota Ayutthaya modern dibangun kembali beberapa kilometer ke sebelah timur (seberang sungai Pasak).  Kota Ayutthaya juga dikenal sebagai “Venesia dari Timur.”
Handoko @Ayutthaya Riverside Hotel

Wat Phra Ram
 Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Wat Phra Ram. Wat Phra Ram adalah candi yang kemungkinan dibangun oleh Raja Borom Trailokanath.  Pembangunan awal candi ini sepertinya diinisiasi oleh Raja Ramesuan (memerintah 1369-1370) dan kemudian dimodifikasi oleh Raja Borom. (m. 1448-1488).  Kemudian pada tahun 1741, candi ini direnovasi oleh Raja Borom Kot.  Ada tradisi lain tentang sejarah candi ini, dikatakan bahwa Wat Phra Ram dibangun tahun 1369 di atas situs, di mana Raja Ramathibodi (1351-69) dikremasi oleh anaknya Raja Ramesuan. Kalau tidak salah untuk masuk candi ini dikenai karcis seharga 20 Bath.
Mejeng di Wat Phra Ram

Si Nakarin Park
Taman Si Nakarin terletak di sepanjang sisi jalan Uthong dan dekat dengan sungai Chao Phraya.  Taman ini memiliki banyak kanal, penuh dengan pepohonan yang rimbun dan teduh.  Berada di taman ini sungguh menyenangkan dan bisa mendatangkan kantuk.  Kalau taman sejenis ini ada di Indonesia, sudah pasti akan diserbu oleh pasangan muda-mudi untuk bercengkerama dan tidak ketinggalan pedagang asongan..weleh-weleh.
Taman yang teduh

Yang jelas pria ini bukan penunggu jembatan...

Tidak terlihat tukang asongan & muda-mudi yang mojok

King Naresuan The Great Monument
Monumen ini letaknya searah dengan Wat Pukhao Tong.  Nama lengkap Naresuan adalah Somdet Phra Naresuan Maharat atau Somdet Phra Sanphet II  (25 April 1555 - 1605) menjadi raja atas Kerajaan Ayutthaya dari tahun 1590 - 1605.  Naresuan merupakan salah satu raja Siam yang terkenal terutama karena kepemimpinannya untuk membebaskan Siam dari penjajahan Burma. Selama pemerintahannya terjadi beberapa pertempuran melawan Burma dan di masanya Siam memiliki wilayah teritorial terluas.  Yang menarik adalah monumennya dipenuhi dengan Ayam Jantan berbagai ukuran yang menurut tradisi untuk mengingatkan peristiwa adu ayam jago antara milik Naresuan dan Putra Mahkota Burma, di mana ayam milik Naresuan berhasil menang.  Kalau di Indonesia, raja/sultan yang terkenal dengan julukan Ayam Jantan adalah Sultan Hasanudin dari Makassar (Sulawesi Selatan).
Masuk ke pelataran monumen harus lepas alas kaki

Pemandangan ke arah jalan utama Monumen

Gabriel memilih ayam putih

Saya lebih suka ayam hitam

Wat Chaiwatthanaram
Wat Chaiwatthanaram terletak di tepi barat sungai Chao Praya, barat daya kota tua Ayutthaya. Candi ini merupakan situs yang dilindungi oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.  Dapat dicapai dengan perjalanan darat atau memakai perahu.  Candi ini dibangun pada tahun 1630 oleh Raja Prasat Thong, sebagai candi pertama pada masa pemerintahannya dan juga sebagai peringatan tempat kediaman ibunya di area ini. Arti nama candi ini: the Temple of long reign and glorious era.

Ketika kami berkunjung ke sini, di sisi sungai Chao Praya dipasang terpal sepanjang pagar candi, untuk menghindari luapan air sungai.  Bahkan ketinggian permukaan air sungai Chao Phraya sudah hampir sama dengan pagar candi.  Rupanya hujan deras dan banjir di kawasan utara dan tengah Thailand sedang bergerak masuk ke wilayah selatan yang memang rendah.



Wat Maha That
 Tradisi mengatakan bahwa Wat Mahathat dibangun tahun 1384 oleh Raja Rachatirat, sementara pendapat lain mengatakan yang membangun adalah Raja Boromaraja I (1370-88).  Pada tahun 1625, bagian atas candi retak dan pecah, kemudian dibangun lagi pada tahun 1633, 4 m lebih tinggi dari sebelumnya.  Namun kembali runtuh dan sekarang hanya tinggal bagian pinggir/pojok-pojoknya saja.

Pada tahun 1956 terkuak sebuah ruangan rahasia di dalam reruntuhan candi ini, di mana terdapat perhiasan emas, dan lain-lain.
Yang menarik dari candi ini adalah Patung Kepala Budha yang terdapat di akar pohon.
Patung Kepala Budha di dalam pohon

Pohon ini dipagari karena keramat


Makan siang di Bang Ian Rd
Setelah puas mengunjungi tempat bersejarah dan candi-candi terkenal di Ayutthaya, tak terasa hari sudah siang, dan perut sudah keroncongan.  Kebetulan di depan Wat Maha That terdapat jalan yang ramai dengan restoran model kaki lima di trotoar.  Berhubung pas jam makan siang, tempat lumayan penuh dan kami hanya mendapati satu restoran di paling ujung yang agak sepi.  Menu andalan dan favorit kami pas tersedia, yaitu nasi goreng, yang langsung kami pesan.  Kami juga sempat mencicipi tahu goreng ala Thailand (beberapa hari tidak jumpa tahu tempe).  Makannya dengan menggunakan bumbu kacang, ada rasa pedasnya seperti bumbu rujak.  Yang jelas harga-harga makanan di sini murah dan rasanya maknyuss.

Restoran kaki lima di Bang In rd

Menu andalan: Nasi Goreng dan Air Es

Sedang mendengarkan ibu penjual es berbicara dalam bahasa Thai

Tahu bumbu kacang (mirip bumbu rujak)

Ke Bangkok dengan KRD
Meski perut belum sempurna mencerna nasi goreng tersebut, kami harus bergegas kembali ke hotel dan mengembalikan motor demi mengejar kereta ke Bangkok pada pukul 13.30.  Sempat 'nyasar' sedikit ketika mencari jalan pulang (mungkin karena pengaruh air es) akhirnya kami bisa tiba di hotel.  Langsung ambil tas koper, drop di stasiun dan kembalikan motor.  Mengapa harus mengembalikan motor?  Kalau tidak dikembalikan, saya tidak bisa pulang karena paspor disandera...hehehe
Tanpa menunggu lama di stasiun, mungkin hanya sekitar 15 menit kereta api yang ditunggu-tunggu datang.  Tiketnya juga murah, 1 orang hanya 20 Bath untuk waktu tempuh sekitar 1,5 jam.  Akhirnya menuju Bangkok, kota metropolitan, ibukota Thailand.  Seperti apa yah kotanya?  (Bersambung)
.
KRD Ekonomi mirip di Indonesia tapi lebih tertib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar